Tema percintaan memang sudah bukan barang langka dalam industri perfilman Indonesia. Namun, apa jadinya bila percintaan ini melibatkan dating app, yang terbilang tidak lazim di Indonesia, yang menganggap bahwa cinta tidak dapat datang melalui platform digital?
Topik inilah yang diangkat dalam dua film dari seri Love for Sale produksi Visinema Pictures, yang semuanya disutradarai oleh Andibachtiar Yusuf. Dari dua film tersebut, hanya satu cast yang kembali, yaitu Della Dartyan, yang sekaligus menjadi debutnya dalam berakting. Ditambah lagi, dua film Love for Sale ini semuanya dapat kalian tonton di aplikasi Netflix.
Namun, dua film Love for Sale tersebut memiliki perbedaan yang signifikan, yang akan saya bahas pada post ini. Dan untuk itu, saya ingatkan bahwa post ini mengandung spoiler, jadi apabila kalian keberatan dengan spoiler, coba tonton dulu filmnya, dan kemudian kembali kemari setelah menontonnya. Oke, sudah paham? Ayo kita mulai saja pembahasannya.
Fokus Antara Dua Film Love for Sale Berbeda
Memang, tema inti dari Love for Sale, baik yang pertama maupun kedua, itu tentang cinta yang tumbuh karena hadirnya dating app. Namun, ternyata jika dilihat lebih dalam lagi, dua film tersebut memiliki fokus yang berbeda.
Love for Sale 1 berfokus tentang konflik cinta yang terselimuti kesendirian, yang mempengaruhi hidup seseorang, dan di kasus ini adalah Richard. Richard, karena kesendiriannya, membuat dirinya hanya bertahan di satu tempat dan juga tidak bisa meninggalkan cinta yang bahkan telah meninggalkannya sendiri.
Namun, berbeda dengan Love for Sale 2, yang lebih mengedepankan konflik mengenai keluarga. Core nya adalah keluarga dari Ican, dengan segala konflik yang mereka hadapi, yang sebagian besar terjadi karena anak yang memiliki kemauan namun tidak didukung secara penuh orang tua yang lebih menginginkan anaknya berada di jalur yang diinginkan.
Dan sebagai penyatunya, hadirlah Arini, yang mengubah hidup di dua film Love for Sale. Dan tentu, karena fokusnya berbeda, dampak dari kehadiran Arini ini juga berbeda, seperti Richard yang akhirnya berani keluar dari ‘tempurung’ yang menjadi tempat tinggalnya, dan juga keluarga Ican yang menjadi lebih warm, terutama Ibu dari Ican tersebut.
Arini yang Berbeda
Dalam seri film Love for Sale, ada satu karakter yang muncul di dua film, yaitu Arini yang merupakan salah satu pekerja di Love Inc. Namun, ada beberapa hal yang membedakan Arini di film pertama dan film kedua.
Di Love for Sale pertama, Arini memiliki nama Arini Kusuma. Arini versi awal lebih terlihat polos, yang berusaha untuk melakukan tindakan-tindakan kecil yang membuat Richard menjadi tertarik padanya, mulai dari membuat masakan untuk Richard, mendampingi Richard begadang menonton bola, bahkan sampai bercinta dengan Richard. Di film pertama ini, Arini dibuat sangat misterius, bahkan kita dibuat terkejut, karena ternyata semua hal yang Arini katakan pada Richard (sekaligus ke penonton), adalah kebohongan setelah Arini mendadak menghilang tanpa jejak.
Sedangkan di Love for Sale kedua, Arini adalah Arini Chaniago. Disini, Arini ditampilkan sebagai wanita berdarah Minang yang menjadi trainee di suatu perusahaan, yang tidak diberitahukan secara detil. Di film kedua tersebut, Arini terlihat lebih dewasa, dan lebih banyak menampilkan afeksi pada keluarga Ican, terutama ibu nya. Apabila hubungan Richard dan Arini ditampilkan sepanjang film, berbeda dengan hubungan Ican dan Arini yang lebih terlihat mulai dari separuh film hingga akhir. Dan yang terpenting, semua informasi yang Arini katakan di film kedua tersebut jujur adanya, jadi Arini di film kedua terlihat lebih genuine.
Richard dan Ican Sangat Berbeda
Ada dua tokoh pria bujang lapuk, yang menjadi sentral di setiap filmnya dalam Love for Sale. Di film pertama, pria utamanya adalah Richard Ahmad, yang diperankan oleh Gading Marten, sedangkan di film kedua adalah Indra Tauhid Sikumbang, atau biasa dipanggil dengan Ican, yang diperankan oleh Adipati Dolken.
Richard digambarkan sebagai pria berumur 41 tahun, yang sepenuhnya sendiri. Kesendirian Richard ini muncul karena banyak hal, dimulai dari orang tua yang sudah tiada, saudara yang tinggal di luar kota, tanggungan bisnis keluarga yang sepenuhnya diurus oleh Richard, namun yang terpenting, Richard yang masih sendiri tanpa pasangan disebabkan oleh cinta yang tidak disetujui karena perbedaan agama, memadamkan cinta yang timbul di hati Richard dan membuatnya sulit membuka hati untuk wanita yang lain. Dengan segala kesendiriannya, yang Richard miliki saat itu hanya usaha percetakan Primawarna warisan orang tuanya, teman nobar bola nya, dan Panji, sahabat karibnya sejak kecil. Dengan hadirnya Arini, Richard dengan segala aura kelamnya mendadak hilang digantikan dengan hari-hari yang lebih berwarna karena cinta yang berbunga dalam lubuk hati Richard, membuat Richard berani mendobrak pintu yang dulu terkunci rapat dan keluar dari ‘zona nyaman’ nya, menjadi pribadi yang sepenuhnya berbeda, mengejutkan setiap orang yang dekat dengan Richard.
Lain film, lain pula pria nya. Ican digambarkan sebagai pria berumur 32 tahun, yang lebur di dunianya yang bebas. Ican terlihat lebih atraktif dibandingkan Richard, memiliki pesona yang manly, membuatnya dapat menaklukkan berbagai wanita yang ia incar. Karena itulah, Ican terlarut untuk menjalani berbagai hubungan, yang sebagian besar seperti one night stand, dan Ican tidak keberatan dengan menjalani hubungan tanpa komitmen serius, membuat Ican ditekan oleh orang-orang terdekatnya untuk menikah, sesuatu yang belum bisa dilakukan oleh Ican. Berbeda pula dengan Richard, Arini yang hadir tidak terlihat memberikan dampak besar pada Ican, namun dampak yang terlihat justru pada keluarga Ican, yang terasa lebih hangat, bahkan setelah kepergian Arini, walaupun sempat diberikan tease apabila Ican sedikit berubah karena cinta pada Arini, entah seberapa besar.
Karena perbedaan itu, saya rasa Richard adalah orang yang pantas untuk mendapatkan cinta Arini, melihat bagaimana dampak yang terlihat dalam hidupnya. Mungkin saja Ican mendapatkan cinta Arini, namun Ican bisa saja mendapatkan wanita yang dia inginkan, mengingat bagaimana keluarganya yang menjadi lebih terbuka, walaupun Arini sudah memiliki tempat khusus di hati keluarga Ican, terutama untuk ibu nya, yang menjadikan Arini sebagai tempat menuang keluh kesah terhadap tiga anaknya.
Love for Sale sendiri, dengan adegan penutup nya di Love for Sale 2, membuatnya sangat terbuka untuk film selanjutnya, yang harusnya muncul untuk menutup saga mengenai Arini. Sekian dari saya mengenai hal-hal yang muncul di seri film Love for Sale. Jangan lupa untuk menonton dua film Love for Sale di Netflix, yang memang menyediakan Love for Sale dan beberapa film Indonesia secara resmi. Sampai jumpa di post selanjutnya.
Writer: Galih Dea Pratama