Review
Manusia adalah makhluk hidup yang dianggap paling sempurna. Setiap manusia pun juga memiliki sense of survival masing-masing, walaupun pada akhirnya harus mengorbankan orang lain.
Seperti itulah yang setidaknya bisa kamu lihat pada Truth or Dare, film produksi Blumhouse arahan Jeff Wadlow dengan ragam film garapannya yang kerap mendapatkan cibiran baik dari kritikus maupun penonton (termasuk saya hahaha).
Truth or Dare ini menceritakan kisah dari Olivia dan kawan-kawannya yang melakukan permainan truth or dare atas ajakan orang asing bernama Carter di suatu gereja yang terbengkalai. Suatu ketika, mereka harus berhadapan dengan iblis yang merasuki permainan tersebut yang membuat nyawa menjadi taruhannya.
Dari luar, konsep Truth or Dare ini bukanlah yang pertama, karena Nerve pada 2016 lalu juga sudah berhasil membawanya ke layar lebar. Perbedaan yang mendasar antara dua film tersebut adalah tingkat violence dan mature element-nya yang jauh lebih tinggi pada sinema garapan Blumhouse tersebut.
Selain itu, kehadiran iblis perasuk permainan truth or dare ini juga cukup mengerikan kalau dipikirkan dengan akal sehat. Bagaimana tidak, iblis ini memberi aturan sedemikian rupa sehingga permainan yang ia rasuki tidak bisa dihentikan dengan mudah tanpa merenggut korban jiwa.
Namun sayang sekali, konsep menarik iblis yang merasuki permainan klasik ini dieksekusi kurang baik dalam Truth or Dare. Iblis yang hobi merasuki orang random dan memaksa mereka tersenyum yang justru terlihat konyol alih-alih memberi teror.
Belum lagi dengan karakter manusianya yang susah untuk peduli pada mereka, bahkan karakter utamanya sekalipun. Semuanya terlihat seperti anak muda pengen nakal tapi ngga mau tanggung jawab sama kelakuan mereka. Sebagian besar durasi akan memperlihatkan mereka marah-marah dan denial terhadap keadaan yang menimpa mereka, atau justru malah bodo amat dengan nasib mereka selanjutnya.
Kesimpulannya, Truth or Dare dari Blumhouse ini sebenarnya memiliki konsep yang menarik dengan iblis yang sangatlah cunning. Akan tetapi, semuanya harus buyar kala eksekusi penceritaan dan karakternya terasa super cheesy.
Score: 4.0 / 10
Versi Extended Director’s Cut
Beberapa bulan setelah Truth or Dare tayang di bioskop, Blumhouse mengeluarkan versi director’s cut dari film ini yang dinamakan Truth or Dare: Extended Director’s Cut. Versi tersebut saat ini bisa kamu tonton melalui Netflix, yang alhamdulilah sudah dibuka aksesnya oleh Telkom.
Namun, alih-alih memberikan perbedaan dari segi penceritaan dengan menambahkan fakta penting di dalamnya, Extended Director’s Cut ini hanya terlihat tampil sebagai ajang show-off dari berbagai konten dewasa yang sebelumnya tak diperlihatkan di versi theatrical.
Adegan yang mendominasi dalam versi panjang ini adalah banyaknya konsumsi minuman dengan kandungan alkohol yang sebelumnya samar. Di samping itu, ditambahkan pula berbagai elemen kekerasan yang lebih berani, seperti munculnya darah di bagian tubuh yang lebih masuk akal dibanding versi bioskop.
Selain itu, ada pula adegan penting yang berbau seksual. Seperti dialog Brad yang berisi all poles, no holes yang sebelumnya juga tidak muncul dan menjadi penegas seksualitasnya. Ditambah pula dengan adegan ranjang yang lebih lama entah untuk apa, saya pun ga tau maksudnya apa hahaha.
Yang jelas, pengalaman menonton versi Extended Director’s Cut ini tidaklah berbeda dengan menonton versi theatrical, toh ya ceritanya juga sama aja.
Writer: Galih Dea Pratama