Kadang di atas dan kadang di bawah. Posisi seseorang tidak selamanya stagnan di dunia ini. Apa lagi jika hidup dalam industri hiburan yang penuh lika-liku dan komentar dari berbagai pihak luar. Dan mungkin mengabaikan itu semua bisa jadi salah satu hal baik yang dapat dilakukan oleh orang tersebut sebagai satu solusi mutlak.
Seperti halnya Riggan Thomson dalam film Birdman or (The Unexpected Virtue of Ignorance) arahan Alejandro Gonzalez Inarritu ini, atau mungkin disebut Birdman saja cukup. Ia merupakan aktor sinema yang memainkan karakter titular tersebut dan menjadi terkenal karenanya, walaupun akhirnya ia memutuskan untuk banting setir ke dunia teater menjadi aktor sekaligus sutradara.
Film ini memang menampilkan fokus terhadap sosok Riggan Thomson yang benar-benar ingin menghilangkan bayang-bayang Birdman yang telah melekat pada dirinya. Namun tentu saja hal itu tidak mudah karena satu dan lainnya.
Hubungannya dengan keluarganya yang renggang, kekesalannya terhadap Mike Shiner yang merupakan aktor hebat namun cocky, hingga konfliknya dengan kritikus teater membuatnya mempertanyakan diri sendiri. Apa yang sebenarnya ia mau?, Apakah pilihannya untuk beralih ke teater itu tepat?, atau Apakah orang-orang akan tetap menyukaiku seperti sedia kala? adalah beberapa pertanyaan yang akan ditemui sepanjang Birdman berjalan.
Karena itulah penonton juga bakal disuguhkan dengan beberapa subplot mengenai karakter yang berhubungan dengan Riggan dalam Birdman ini dan semuanya tampak alami. Interaksi tersebutlah yang membuat karakter Riggan terasa multidimensi, walaupun pada akhirnya cerita karakter sampingan ini terasa ditinggalkan begitu saja. Well, namanya juga film Birdman, jadi masih bisa sedikit diterima lah kalau cerita dari sang pemeran pahlawan super burung ini dikasih penutup yang pas.
Di balik cerita dan karakternya yang menarik, ada hal yang membuat Birdman ini spesial. Salah satunya muncul pada penggunaan long take-nya yang nampak mulus di sebagian besar adegan, walaupun ada beberapa adegan yang pergerakannya terlihat lebih halus dibanding lainnya. Entah ini mata saya saja atau memang seperti itu adanya.
Scoring dalam Birdman ini juga tidak kalah asik. Dengan permainan instrumen yang kalem di sebagian besar durasi dan dibarengi dengan pukulan drum yang semakin kencang seiring kehadiran adegan yang intense, membuat film ini menjadi suguhan yang sangat menarik walaupun sudah lebih dari 5 tahun semenjak penayangan perdananya.
Akhir kata, Birdman ini adalah cerita mengenai seseorang yang ingin melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalunya yang dianggap sebagian besar orang lebih baik. Dengan cerita menarik, jajaran cast yang mampu membawakan karakternya sehingga tampak alami, serta aspek teknikalnya yang digarap dengan rapi membuat film ini memiliki banyak rasa di dalamnya. Walaupun tentu saja masih ada beberapa hal yang masih bisa diperbaiki dan dijadikan pelajaran bagi para penggiat film di masa depan.
Score: 8.5 / 10
Writer: Galih Dea Pratama